Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil
menyelesaikan Satelit Lapan A2 yang merupakan suksesor dari Satelit
Lapan Tubsat. Jika sebelumnya pembangunan Lapan Tubsat dilakukan di
Technische Universitat Berlin, Jerman, maka untuk penggarapan Lapan A2
sepenuhnya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur,
Bogor, Jawa Barat.
"Pokoknya Lapan A2 100 persen buatan dalam
negeri, proses pengerjaan sudah rampung dan rencananya sama seperti
pendahulunya satelit ini akan kita luncurkan menggunakan roket dari
Sriharikota, India," ujar Suharmanto, Kepala Pusat Teknologi Satelit
Lapan ketika di temui di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur,
Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/8/2012).
Menurut Suharmanto, Lapan A2
memiliki keunggulan sensor dibanding Lapan Tubsat. Hal ini dapat
dilihat bagaimana Lapan A2 memiliki tiga fungsi yaitu pengamatan bumi,
pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir. Satelit dengan sensor
Automatic Identification System (AIS) ini dipercaya dapat melakukan
identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan Lapan
A2.
"Harapan kami Lapan A2 dapat menjadi solusi untuk melakukan pemantauan lalu lintas wilayah laut Indonesia," kata Suharmanto.
Satelit
dengan bobot 78 kilogram ini akan melintasi wilayah Indonesia secara
diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya.
Pada orbit AIS, Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan
mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal
dalam satu daerah cakupan.
Lapan A2 yang akan mengorbit secara
ekuatorial nantinya akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di
dunia yang memiliki orbit ekuatorial. "Meskipun Indonesia masih
merupakan pendatang baru di teknologi antariksa, namun adanya Lapan A2
seperti menjadi awal baru perkembangan dunia satelit di Indonesia," ucap
Suharmanto.