Jumat, Maret 15, 2013

Kiat-Kiat Agar Tidak Bosan saat Menunggu

Assalammualikum WR WB


Kiat-Kiat Agar Tidak Bosan saat Menunggu

Menunggu...
Sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku...
Saat ku harus bersabar dan trus bersabar...
Menantikan kehadiran dirimu...
Entah sampai kapan aku harus menunggu...
Sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani...
Merasuk ke dalam pikiranku melayang...
Tak tentu arah TANPA dirimu.
Apakah sama yang kau rasakan?

waiting
Waiting make me boring
Sayangnya, yang Enha tunggu enggak bakalan ngerasain “perasaan tak tentu” itu. Why oh why? Lha wong yang Enha tunggu tuh, dosen pembimbing yang super duper sibuk. Pastinya beliau juga enggak merasa kalau lagi ditungguin, lagi sok sibuk sih..  -______-" 
Terus menurutmu, langkah apa yang harus ditempuh agar tidak bosan saat menunggu? Menurut Enha, berbagai cara di bawah ini bisa kamu coba praktekkan:
  1. Menyiapkan banyak gadget, dengan full baterai tentunya. Jadi, ketika yang ditunggu enggak datang-datang, kita bisa mainan gadget dulu.
  2. Kalau enggak punya gadget gimana? Atau, kalau ternyata gadgetnya low-batt’an gimana? Tenang, bawa saja buku bacaan. Novel, komik, atau buku-buku teori juga oke punya tuh. Sambil nunggu, sambil belajar juga.
  3. Kalau saat nunggu enggak bisa konsen buat baca, gimana? Bawa aja buku catatan. Buku corat-coret, atau buku sketsa. Sambil nunggu bisa nulis apa saja yang ada dipikiran. Sambil nungu bisa sambil nggambar-nggambar.
  4. Kalau enggak mood nulis, atau enggak punya bakat nggambar, lalu apa yang harus dilakukan? SKSA* saja sama orang yang lagi duduk di deketmu. Ajak ngobrol kesana-kemari. Lumayanlah, buat ngusir jenuh. Syukur-syukur kalo bisa nambah kenalan atau gebetan. Muehehehe... (*SKSASok Kenal Sok Akrab, red.)
  5. Kalau enggak ada orang yang bisa diajak SKSA gimana? Jadi pengamat aja. Amati apa yang ada di sekitarmu. Misalnya, semut yang lagi berbaris di dinding, menatapmu curiga, seakan penuh tanya sedang apa di sini... #eh, kebablasan nyanyi. :P
  6. Kalau enggak ada yang bisa diamati, gimana? Kerjakan apa aja yang bisa kamu kerjakan di tempat itu. Ngepel lantai yang kamu injak misalnya.
  7. Kalau enggak ada yang bisa dikerjakan gimana? Saran saya cuma satu: PULANG SAJA terus nanti balik lagi. Siapa tahu yang ditunggu datang juga. Kalau yang ditunggu datang pas kamu pulang, yaaa itu resiko yang harus dijalani. Huahaha...

Okey itu saja dulu saran dari Enha. Semoga kamu enggak bosen saat menunggu.  Oia lupa. Ini ada tambahan saran dari kak Eno Cute-cute hottahae
"Sembari nunggu, kamu bisa juga bawa bantal (enggak perlu bantal yang gedhe-gedhe amat, ntar malah dikira maruk banget... :p). Lumayanlah, sambil tidur siang sembari menunggu, syukur-syukur bisa bikin pulau juga (ngiler... wkwkwkwk...  :P)."

#Kalau menurut kalian, tips apa yang bisa dilakukan agar menunggu tidak membosankan? Bagi tipsnya di kolom komen donk. Tengkiuu... Selamat berpraktek ria. Selamat menunggu. ^__^

Reliabilitas Dalam Ujian

Assalammualikum WR WB


 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan hasil terjemahan dari kata reliability yang berasall dari kata rely danability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel(reliable). Dalam berbagai kepustakaan, konsep reliabilitas memiliki arti yang luas, mencakup; keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi hasil pengukuran, namun demikian ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah keterpercayaan hasil pengukuran yaitu sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
Sejalan dengan uraian di atas, Suryabrata (2000:29) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjuk pada sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh para subyek yang diukur dengan alat ukur yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel.
Estimasi reliabilitas tes psikologis dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu : (1) pendekatan tes ulang (retes), (2) pendekatan dengan tes paralel, dan (3) pendekatan satu kali pengukuran yang disebut teknik belah dua.
Pendekatan Tes Ulang (Retes)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara satu perangkat tes psikologis diberikan kepada sekelompok subyek dua kali, dengan selang waktu tertentu, misalnya tiga minggu. Situasi testing pertama dengan testing kedua harus betul-betul sama, untuk menghindari adanya pengaruh faktor lain. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi skor testing pertama dengan skor testing kedua, jadi rt-1 = rt-2.
Secara teoritik, pendekatan ini nampaknya baik, namun di dalam praktik banyak mengalami kelemahan, seperti kondisi subyek pada testing kedua tidak lagi sama dengan kondisi subyek pada testing pertama karena terjadi proses belajar dalam selang waktu testing pertama dengan testing kedua, kemungkinan lain adalah adanya perubahan pengalaman, motivasi, dan sebagainya.
Pendekatan dengan Tes Paralel
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuat tes paralel yaitu tes A dan tes B (keduanya dirancang bentuk paralel). Kedua tes tersebut diberikan kepada sekelompok subyek, lalu hasilnya dikorelasikan, jadi rt-A = rt-B. Suatu tes dinyatakan reliabel bila diperoleh koefisien korelasi yang signifikan antara skor hasil tes A dengan skor hasil tes B. Kelemahan reliabilitas ini terletak pada sulitnya membuat dua tes yang paralel.
Pendekatan Satu Kali Pengukuran
Pendekatan satu kali pengukuran disebut pendekatan belah dua, yaitu seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subyek satu kali, lalu skor tes tesebut dibelah menjadi dua bagian, misalnya belahan ganjil genap artinya skor tes bernomor ganjil dijadikan belahan pertama, dan skor tes bernomor genap menjadi belahan kedua. Koefisien reliabilitas ditunjukkan pada signifikansi korelasi dua belahan skor tes bernomor ganjil dan skor tes bernomor genap, setelah koefisien korelasi tersebut dikoreksi dengan rumus Spearman Brown.
Contoh : Suatu tes terdiri atas 60 butir soal, mempunyai koefisien reliabilitas belahan ganjil genap = 0,70. Maka koefisien reliabilitasnya dapat dicari dengan menggunakan rumus Spearman Brown di bawah ini.
2(r-1.2)
r-SB = ――――
1+ r-1.2
Dalam mana :
r-SB = Koefisien reliabilitas Spearman Brown
r-1.2 = Koefisien korelasi kedua belahan
Jadi koefisien reliabilitasnya adalah :
2(r-1.2)
r-SB = ――――
1+ r-1.2
2(0,70) 1,4
r-SB = ­--------- = ----- = 0,8235
1+0,70 1,7
Koefisien reliabilitas Spearman Brown yang diperoleh = 0,8235 dibulatkan menjadi 0,82.