Jumat, Juni 07, 2013

Mengapa Harga Jengkol dan Petai Naik ??

Assalammualikum WR WB




Kelangkaan jengkol bukan hanya karena pasokan berkurang atau karena tidak ada peminatnya. Pohon jengkol juga sudah sangat langka.
Contohnya di Galang, Kabupaten Sergai, daerah yang berdekatan dengan Kota Medan dan menjadi kawasan penghasil jengkol padi yang sangat pulen rasanya. Di sini, pohon-pohon jengkol warga banyak yang sudah ditebangi dan batang pohonnya dijual untuk dijadikan papan.
"Kayu pohon jengkol bagus dan kuat. Harganya juga lumayan, sekitar Rp 2 juta hingga Rp 4 jutaan tergantung ukuran pohonnya," kata Yulinda Siregar, warga Galang yang ditemui di Medan, Rabu (5/6/2013).
Dia mengaku menjual tiga batang pohon jengkol miliknya seharga Rp 3,5 juta per batang. "Pembelinya datang sendiri, mereka yang motong. Kita terima bersih saja. Makanya banyak orang sini menjual pohon jengkolnya," katanya lagi.
Terlebih lagi, menurut Yulinda, menjual pohon itu tanpa modal karena sudah ada sejak mereka tinggal di wilayah itu. "Ini pohon warisan, sudah ada sejak zaman nenek-nenek kami. Jadi kami tidak pakai modal menjualnya," katanya sambil tertawa.
Dia pun memiliki alasan ketika ditanya apakah tidak sayang menjual pohon jengkol karena merupakan barang langka dan buahnya dapat menambah penghasilan.
"Harga jengkolnya sekilo paling Rp 40.000-an. Itu pun kalo sedang musim jengkol. Banjir, harga jadi turun. Kalau tak musim jengkol, apanya yang bisa dijual? Makanya kami jual saja pohonnya, lumayan banyak uangnya," pungkasnya.
Sementara itu, Fatimah Nasution, warga Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, mengaku sulit menemukan pohon jengkol di daerahnya. "Dulu seingatku, waktu masih anak-anak, banyak sekali pohon jengkol di sini. Sekarang, nyari sebatang saja sudah susah," katanya.
Perempuan berkacamata dan penggemar makanan berbahan jengkol ini menambahkan, jengkol hilang karena pohonnya banyak ditebang.
"Kayunya bisa buat tiang rumah, lumayanlah daripada tak ada. Kalau dijual pun laku dan harganya cukup mahal. Sudah langkalah pohon jengkol sekarang," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Eko Agustyo, warga Tandem Hilir, Kabupaten Langkat. Di daerahnya masih banyak ditemui hutan-hutan kecil. Namun, tak ada lagi pohon jengkol. Semua sudah berganti sawit.
"Susahlah cari pohon jengkol sekarang. Pohon sawit banyak. Orang lebih memilih tanam beberapa batang pohon sawit daripada pohon jengkol. Harga produksinya jauh berbeda. Batang kayunya, walau bisa dijual, tak terlalu tinggi harganya," kata Eko.
Dimintai tanggapan bahwa harga jengkol saat ini sudah hampir menyaingi harga daging, dia menanggapinya biasa saja. "Aku suka jengkol. Kalau harganya saat ini sudah mahal, wajarlah. Pohonnya aja susah dicari," ucapnya.