Assalammualikum WR WB
TEKNIK PEMERIKSAAN, PEMBERIAN SKOR DAN PENGOLAHAN HASIL TES HASIL BELAJAR
22DES
- A. TEKNIK PEMERIKSAAN HASIL TES HASIL BELAJAR
Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (=tes tertulis), dengan secara lisan (=tes lisan) dan dengan tes perbuatan. Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut sudah barang tentu menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan hasil-hasilnya. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan atau koreksi dalam dalam rangka penilaian hasil-hasil yang diperoleh dari ketiga jenis tes tersebut.
- Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis
Tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan tes hasil belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.
- Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil-hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak atau: (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee untuk setiap butir soal tes uraian dan membandingkannya dengan pedoman / ancar-ancar jawaban betul yang sudah disiapkan.
2) Atas dasar hasil pembandingan antara jawaban testee dengan pedoman / ancar-ancar jawaban betul yang telah disiapkan itu, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3) Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan kepada testee (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.
Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar relative (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2) Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee.
3) Setelah pemeriksaan atas jawaban butir soal nomor 1 dari seluruh testee dapat diselesaikan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap jawaban butir soal nomor 2, dengan cara yang sama.
4) Memberikan skor terhadap jawaban butir soal nomor 2 dari seluruh testee, dengan cara yang sama.
5) ……………….dan seterusnya, sampai selesai………………..
6) Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai.
- Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban soal-soal tes obyektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban.
Ada beberapa kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes obyektif, yaitu:
- Kunci Berdamping (Strip Keys)
Kunci jawaban berdampingan ini terdiri atas jawaban jawaban betul yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas ke bawah. Kunci jawaban jenis pertama ini digunakan untuk memeriksa jawaban-jawaban yang ditulis pada kolm 1, yang disusun dari atas ke bawah.
- Kunci Sistem Karbon (Carbon System Keys)
Lembar Jawaban | ||
Nomor | B | S |
1 | X | |
2 | X | |
3 | X | |
4 | X | |
5 | X | |
…..dan seterusnya….. |
- Kunci Sistem Tusukan (Pinprick System Keys)
Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci sitem karbon. Letak perbedaannya ialah, bahwa pada kunci jawaban system tusukan ini, untuk jawaban betul diberi tusukan dengan jarum besar atau paku, atau alat penusuk lainnya, sementara lembar jawaban (pekerjaan testee) berada di bawahnya.
- Kunci Berjendela (Window Keys)
Apabila kunci berjendela ini akan kita gunakan untuk mengoreksi jawaban testee, maka prosedur kerja yang kita tempuh adalah sebagai berikut:
- Ambillah blanko lembar jawaban yang masih kosong (belum dipergunakan).
- Pilihan jawaban yang betul kita beri lubang (bulatan) seolah olah seperti jendela.
- Lembar jawaban kita letakkan di bawah kunci berjendela.
- Melalui lubang-lubang (jendela-jendela) tadi kita buat garis vertical dengan pensil berwarna. Jika garis-garis vertical itu tepat mengenai tanda silang yang dibuat oleh testee pada lembar jawaban, maka ini berarti bahwa jawaban testee adalah betul.
- Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Lisan
Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban-jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya cenderung bersifat subyektif. Hal ini kiranya mudah dipahami, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar-lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan berhadapan dengan individu-individu atau makhluk hidup yang masing-masing mempunyai cirri atau karakteristik berbeda beda, sehingga terbuka pe,uang bagi tester untuk bertindak kurang atau bahkan tidak obyekitf.
Dalam hal ini, pemeriksaan terhadap jawaban jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya:
- Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
- Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban.
- Kebenaran jawaban yang dikemukakan.
- Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
- Berapa persen (%) kira-kira, pertanyaan pertanyaan kisan yang termasuk kategori sukar, sedang dan mudah dapat dijawab dengan betul oleh testee.
- Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Perbuatan
Pada tes perbuatan, ‘’pemeriksaan’’ hasil-hasil tes dilakukan dengan menggunakan observasi (perbuatan). Sasaran yang diamati adalah: tingkah laku, perbuatan, sikap dsb.
Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberi skor-skor tertentu pula. Berikut ini adalah contoh instrument yang dioergunakan dalam mengamati calaon guru yang melaksanakan praktek mengajar, contih “pemeriksaan” lewat observasi dalam rangka menilai komponen social, yang mencakup 11 unsur:
No | Unsur yang diperiksa/diamati | Skor | ||||
1 | Kualitas pergaulan di sekolah dengan anak-anak | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
2 | Kualitas pergaulan di sekolah dengan guru pembimbing di sekolah | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
3 | Kualitas pergaulan dengan guru-guru di sekolah | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
4 | Kualitas pergaulan dengan petugas administrasi | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
Sekolah | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | |
5 | Kerja sama dengan rekan mahasiswa berpraktek | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
6 | Kerja sama dengan Guru Pembimbing | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
7 | Kerja sama dengan Dosen Pembimbing | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
8 | Kerja sama dengan Kepala Sekolah | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
9 | Kerja sama dengan lain-lain petugas di Sekolah | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
10 | Kerja sama dengan Orang Tua Murid | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
11 | Kerja sama dengan para petugas PPL | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
- B. TEKNIK PEMBERIAN SKOR HASIL TES HASIL BELAJAR
Pemberian skor (=scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka.
Angka-angka hasil penilaian itu selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai (=grade) melalui proses tertentu. Penggunaan symbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang tertuang dalam bentuk angka dengan rentangan antara 0 sampai dengan 10, antara 0 sampai dengan 100, dan ada pula yang menggunakan symbol huruf, yaitu huruf A, B, C, D, dan F (F = Fail = Gagal).
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut; apakah tes uraian (essay test) ataukah tes obyektif (objective test).
- 1. Pemberian Skor pada Tes Uraian
Pada tes uraian, pemberian skor umunya mendasarkan diri kepada bobot (= weight)yang diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat kesukarannya, atau atas dasar banyak sedikitnya unsure yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik (paling betul).
Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini misalnya tes subyektif menghidangkan lima butir soal. Pembuat soal (tester) telah menetapkan bahwa kelima butir soal itu mempunyai derajat kesukaran yang sama dan unsure-unsur yang terdapat pada setiap butir soal telah dibuat sama banyaknya. Atas dasar itu maka tester menetapkan bahwa testee yang dapat menjawab dengan jawaban paling betul (paling sempurna) diberikan skor 10. Jika hanya betul separoh diberikan skor 5, hamper seluruhnya betul diberikan skor 9, dan seterusnya.
Dalam keadaan di mana butir-butir soal yang diajukan dalam bentuk tes uraian itu untuk tiap butir soal tidak memiliki derajat kesukaran yang sama, atau jumlah unsure yang terdapat pada setiap butir soal adalah tidak sama, maka pemberian skornya juga harus berpegang kepada derajat kesukaran dan jumlah unsure yang terdapat pada masing-masing butir soal tersebut.
Sebagai contoh, misalkan dari lima butir soal tes uraian, butir soal nomor 1 diberi skor maksimum 8, butir skor nomor2 diberi skor maksimum 10, butir soal nomor3 diberi skor maksimum 6, butir soal nomor4 diberi skor maksimum 10 dan butir soal nomor5 diberi skor maksimum 8, maka seorang tetstee yang untuk butir soal nomor 1 jawabannya hanya betul separoh, diberikan skor 4 (yaitu 8 : 2 = 4); untuk butir soal nomor 2 dari 10 unsur jawaban yang ada hanya dijawab betul sebanyak 6 unsur saja, maka kepada testee tersebut diberikan skor 6. Demikianlah seterusnya.
- 2. Pemberian Skor pada Tes Obyektif
Pada tes obyektif, untuk memberikan skor umumnya digunakan rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah system denda.
Untuk tes obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimum 1 (satu)/ apabila seorang testee menjawab betul satu item sesuai dengan kunci jawaban, maka kepadanya diberikan skor 1. Apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
Adapaun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk true false, dapat digunakan dua macam rumus, yaitu: (1) rumus yang memperhitungkan denda, dan (2) rumus yang mengabaikan atau meniadakan denda. Penggunaan rumus-rumus itu sepenuhnya diserahkan kepada kebijaksanaan tester, apakah dalam tes hasil belajar tersebut kepada testee akan dikenai denda (bagi jawaban yang salah), ataukah tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar