Kalau biasanya Anda takut gemuk jika makan cokelat, nampaknya pola
pikir tersebut harus diubah. Menurut para peneliti, konsumsi cokelat
secara rutin justru akan membuat tubuh menjadi langsing.
Meski cokelat mengandung kalori lebih banyak dari makanan lainnya, tetapi mereka yang mengonsumsinya secara teratur justru memiliki lemak tubuh lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak. Seperti dilansir dari Daily Mail, para peneliti menduga kalori yang terdapat di dalam cokelat adalah kalori yang tidak biasa. Bahan-bahan dalam cokelat dapat membuat metabolisme tubuh bekerja lebih cepat sehingga mengimbangi kadar lemak yang ada di dalam tubuh.
Hasilnya, efek metabolisme tersebut menjadikan cokelat sebagai makanan diet yang baik. "Temuan kami menambahkan informasi yang mengatakan kalau komposisi kalori, bukan jumlahnya, berdampak positif pada berat badan," ujar pemimpin penelitian Dr Beatrice Golomb, dari Universitas California, San Diego.
Para ilmuwan meneliti kebiasaan makan cokelat dari 972 pria dan wanita dengan usia rata-rata 57 tahun untuk pengujian statin, obat penurun kolesterol.
Para responden tidak memiliki masalah jantung, dan diminta untuk mererapkan gaya hidup dan pola makan sehat. Seberapa sering konsumsi cokelat, Body Mass Index (BMI), juga dicatatkan.
Ternyata, mereka yang rutin mengonsumsi cokelat setiap minggu memiliki BMI yang rendah dibanding mereka yang tidak.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa lazimnya orang mengonsumsi cokelat tidak memakan kalori lebih rendah atau berolahraga. Faktanya, mereka makan lebih banyak. Konsumsi cokelat berhubungan dengan asupan lemak jenuh yang lebih besar dari sumber makanan lain.
Namun sayangnya, penelitian ini tidak melihat produk cokelat dan seberapa banyak cokelat yang harus diasup. Artinya, belum ada bukti mengatakan bahwa banyaknya cokelat akan berpengaruh pada tinggi-rendahnya BMI.
Para peneliti pun mengingatkan penelitian ini mungkin tidak berlaku pada semua produk mengandung cokelat, bahkan berat badan bisa bertambah kalau cokelat terlalu sering dikonsumsi.
Namun, hasil penelitian dipublikasikan oleh jurnal Archives of Internal Medicine ini membenarkan penelitian sebelumnya yang mengatakan kalau zat kimia yang ditemukan di dalam cokelat memiliki manfaat positif terhadap tikus percobaan, termasuk mempercepat metabolisme.
Epicatechin, salah satu bahan kimia yang berasal dari kakao, telah terbukti meingkatkan jumlah mitrokondria, sel dalam tubuh yang berfungsi mengolah energi. Mitokondria membakar kalori dan epicatechin mengurangi berat badan tikus yang asupan kalori dan tingkat olahraganya tidak diubah. Antioksidan theobromin juga menjadi stimulan.
Penelitian lain menemukan manfaat coklat sebagai penurun risiko penyakit jantung dan stroke, serta menurunkan tekanan darah, dan menurunkan risiko diabetes.
Meski cokelat mengandung kalori lebih banyak dari makanan lainnya, tetapi mereka yang mengonsumsinya secara teratur justru memiliki lemak tubuh lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak. Seperti dilansir dari Daily Mail, para peneliti menduga kalori yang terdapat di dalam cokelat adalah kalori yang tidak biasa. Bahan-bahan dalam cokelat dapat membuat metabolisme tubuh bekerja lebih cepat sehingga mengimbangi kadar lemak yang ada di dalam tubuh.
Hasilnya, efek metabolisme tersebut menjadikan cokelat sebagai makanan diet yang baik. "Temuan kami menambahkan informasi yang mengatakan kalau komposisi kalori, bukan jumlahnya, berdampak positif pada berat badan," ujar pemimpin penelitian Dr Beatrice Golomb, dari Universitas California, San Diego.
Para ilmuwan meneliti kebiasaan makan cokelat dari 972 pria dan wanita dengan usia rata-rata 57 tahun untuk pengujian statin, obat penurun kolesterol.
Para responden tidak memiliki masalah jantung, dan diminta untuk mererapkan gaya hidup dan pola makan sehat. Seberapa sering konsumsi cokelat, Body Mass Index (BMI), juga dicatatkan.
Ternyata, mereka yang rutin mengonsumsi cokelat setiap minggu memiliki BMI yang rendah dibanding mereka yang tidak.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa lazimnya orang mengonsumsi cokelat tidak memakan kalori lebih rendah atau berolahraga. Faktanya, mereka makan lebih banyak. Konsumsi cokelat berhubungan dengan asupan lemak jenuh yang lebih besar dari sumber makanan lain.
Namun sayangnya, penelitian ini tidak melihat produk cokelat dan seberapa banyak cokelat yang harus diasup. Artinya, belum ada bukti mengatakan bahwa banyaknya cokelat akan berpengaruh pada tinggi-rendahnya BMI.
Para peneliti pun mengingatkan penelitian ini mungkin tidak berlaku pada semua produk mengandung cokelat, bahkan berat badan bisa bertambah kalau cokelat terlalu sering dikonsumsi.
Namun, hasil penelitian dipublikasikan oleh jurnal Archives of Internal Medicine ini membenarkan penelitian sebelumnya yang mengatakan kalau zat kimia yang ditemukan di dalam cokelat memiliki manfaat positif terhadap tikus percobaan, termasuk mempercepat metabolisme.
Epicatechin, salah satu bahan kimia yang berasal dari kakao, telah terbukti meingkatkan jumlah mitrokondria, sel dalam tubuh yang berfungsi mengolah energi. Mitokondria membakar kalori dan epicatechin mengurangi berat badan tikus yang asupan kalori dan tingkat olahraganya tidak diubah. Antioksidan theobromin juga menjadi stimulan.
Penelitian lain menemukan manfaat coklat sebagai penurun risiko penyakit jantung dan stroke, serta menurunkan tekanan darah, dan menurunkan risiko diabetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar