Senin, November 19, 2012

5 Jebakan Kemarahan dan Cara Mengatasinya

Assalammualikum WR WB
5 Jebakan Kemarahan dan Cara Mengatasinya


Marah. Siapa yang tidak pernah marah? Yang namanya manusia pasti pernah marah, hanya saja tiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan kemarahannya. Ada yang mengekspresikannya dengan diam saja dan memilih tidak berbuat apa-apa. Ada pula yang mengekspresikan kemarahannya dengan tindakan-tindakan yang merusak, seperti membanting barang-barang yang ada di sekitar atau menyerang objek tertentu. Semuanya tergantung pada apa penyebab kemarahan.

Bicara soal penyebab kemarahan, setiap hari pasti ada saja hal yang dapat memancing kemarahan kita. Namun kita bebas memilih apakah kita akan melakukan tindakan positif ataukah tindakan destruktif dalam merespon emosi yang sedang bergejolak. Untuk itu penting bagi kita mengetahui mengapa kita marah? Hal-hal apa saja yang dapat memancing kemarahan kita? Berikut lima jebakan kemarahan menurut Anthony Dio Martin. Jebakan-jebakan kemarahan ini tanpa kita sadari, selalu ada di keseharian kita.

1. Labelling

Langkah pertama untuk menghindari marah yaitu hindari tindaka melabeli orang lain. Contohnya seperti ini: Anda melihat seseorang mengotori kursinya, lalu secara spontan Anda mengatakan kepadanya, “kamu jorok!” dan Anda merasa kesal kemudian marah padanya. Nah, ketika Anda mengatakan hal tersebut terhadapnya, itu berarti Anda sedang melabelkan sifat “jorok” pada orang yang bersangkutan. Lalu, bagaimana sebaiknya bertindak? Menurut Anthony Dio Martin, sebaiknya bukan kata-kata “kamu jorok!” yang keluar dari mulut Anda untuk orang tersebut, melainkan kata tanya untuk mengonfirmasi mengapa dia melakukan hal tersebut, misalnya dengan bertanya: “apa tujuanmu mengotori kursi itu?”. Dengan mengetahui apa maksud tindakan orang lain, maka kita akan lebih mudah memahami orang tersebut dan terhindar dari marah.

2. Mind-read

Hal kedua yang dapat kita lakukan untuk menghindari marah yaitu hindari mind-read. Apa itu mind-read? Mind-read yaitu mengira orang lain berpikiran begini atau begitu. Contohnya: si A mengira si B marah kepada dirinya, sehingga si A memilih menghindar dari si B dan hubungan mereka jadi menjauh, padahal sebenarnya si B tidak pernah marah pada si A. Namun pikiran A saja yang menganggap si B marah. Nah, betapa seringnya hal remeh temeh semacam ini hadir di keseharia kita kan? Untuk itu, cara mengatasi kebiasaan mind-read tersebut yaitu dengan berkomunikasi. Tanyakan apa yang penting untuk kita ketahui. Jangan pernah menyimpan pikiran “mungkin dia marah, mungkin dia tidak mau bertemu saya lagi, etc”, tanpa pernah mengkomunikasikannya dengan orang yang bersangkutan.

3. Meramal / Mengira-ngira

Seorang istri sudah menyiapkan makan malam spesial untuk suaminya, tapi ketika suaminya ditelpon, HPnya tidak aktif. Si istri menunggu hingga jam 9 malam dan suaminya belum juga pulang. Ia mencoba menelpon lagi, dan lagi-lagi HP suaminya tidak aktif. Pikiran buruk pun hadir, jangan-jangan suaminya sedang berada di tempat lain bersama perempuan lain. Sang istri menjadi kesal, akhirnya ia membuang makan malam spesial yang sudah dimasaknya untuk sang suami. Suaminya pun baru tiba di rumah jam 11 malam. Setelah minta maaf, sang suami menjelaskan bahwa ban mobilnya bocor dan dia terjebak kemacetan parah ketika perjalanan dari bengkel menuju rumah. Sang istri pun menyesal. Nah, apa yang dilakukan sang istri merupakan hasil dari future telling (mengira-ngira). Lalu bagaimana cara mengatasi jebakan kemarahan yang satu ini? Jawabnya yaitu dengan cek realitas. Jika kita tidak menemukan jawaban setelah mengecek realitas, maka yang perlu dilakukan hanyalah berusaha untuk tetap berpikiran positif.

4. Melebih-lebihkan Sebuah Masalah

Melebih-lebihkan masalah juga termasuk dalam jebakan kemarahan. Cara mengatasi hal ini yaitu mari melihat masalah secara obyektif dan tidak memberikan penilaian yang berlebihan. Dengan begitu, kita akan terhindar dari marah.



5. Should Think

Seringkali kita berpikir, seharusnya begini, seharusnya begitu. Sikap tersebut memang diperlukan untuk beberapa hal tertentu, namun tanpa kita sadari pada hal-hal lain,tindakan tersebut juga dapat menyebabkan kita merasa tertekan dan terdorong ingin marah. Contohnya sebagai berikut: ada sebuah masalah kecil di perusahaan yang menurut kita seharusnya hal tersebut mampu diatasi karyawan kita, namun ternyata masalah tersebut berdampak pada kita. Jika kita tetap berada pada sikap “seharusnya dia yang menyelesaikannya”, maka emosi akan bergejolak dan kita marah. Untuk mengatasi hal ini, sama seperti poin nomor 4, yaitu dengan mencoba melihat masalah secara objektif agar kita mampu berpikir lebih fleksibel dalam menemukan solusi atas permasalahan yang sedang kita hadapi.

Tidak ada komentar: